Jumat, 20 April 2012

Jangan Menilai Seseorang dari Bajunya (Ini Kisah Nyata)

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.

Mereka bertemu dengan sekretaris Universitas. Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.
Lalu si pria berkata kepada sekretaris itu, "Kami ingin bertemu dengan pimpinan Harvard". Kemudian sang sekretaris menjawab dengan cepat, "Beliau hari ini sibuk". "Kami akan menunggu", Kata wanita (istri).

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tapi ternyata tidak. Sang  sekretaris mulai frustrasi dan akhirnya melaporkan kepada pimpinannya.

"Mungkin mereka akan pergi jika anda menemui mereka selama beberapa menit", kata sang sekretaris kepada pimpinan. Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia (pimpinan) pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senang sudah muncul.
Dengan wajah galak sang pemimpin Harvard pun menuju pasangan tersebut. Lalu sang wanita berkata kepada sang pimpinan. "Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya di suatu temapt di kampus ini, bolehkah?"

Sang pemimpin sama sekali tidak tersentuh dengan kata-kata wanita tersebut, wajahnya memerah. Dia tampak terkejut lalu ia berkata kepada wanita tersebut. "Nyonya (katanya dengan kasar), Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita melakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan". Kemudian sang wanita menjelaskan dengan cepat. "Oh bukan, Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan tetapi kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard".

Sang pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak dengan lantang. "Sebuah gedung??????? Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung? Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard".

Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang pemimpin mulai merasa senang. Mungkin dia terbebas dari mereka berdua. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata dengan pelan. "Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah Universitas, kenapa kita tidak membuat sendiri saja?". Sang suami hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian wajah sang pemimpin Harvard mulai tampak kebingungan.

Setelah beberapa saat kemudian, Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi tanpa mengucapkan sekata lagi kepada pemimpin Harvard dan langsung melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favourit kelas atas di AS.

Kita, seperti pimpinan Harvard itu, acap kali silau oleh baju dan lalai. Padahal baju hanyalah bungkus, apa yang disembunyikannya kadan sangat tak ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju acap kali menipu.

Marilah kita menghargai setiap orang dan jangan melakukan penilaian kepada orang dengan hanya melihat tampilan luarnya saja. Karena itu dapat menyesatkan kita bahkan sangat merugikan kita, seperti apa yang dilakukan pimpinan Harvard itu. Ingat! penyesalan datangnya di belakang dan tidak akan pernah ada penyesalan yang datang di depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar