Masalah-masalah besar yang menimpa
kita sebagai manusia, sebagai warga negara, sebagai rakyat Indonesia, sebagai
kumpulan masyarakat. Tidak terutama terletak di toko-toko yang terbakar, tidak
terutama terletak pada ratusan manusia yang dibantai dan terusir keluar kampung
halamannya, tidak terutama terletak pada bentrok terus menerus yang terjadi di
berbagai tempat, juga tidak terletak di pedang yang diacung-acungkan atau
barangkali peluru yang ditembakkan.
Masalah yang besar itu terutama
sesungguhnya terletak di dalam kepala dan dada kita sendiri, terletak di dalam
cara kita menyikapi hidup, terletak di dalam pandangan kita mengenai manusia,
mengenai nilai, terletak di dalam cara berfikir kita, didalam moral kita dan
didalam ilmu kita yang banyak keliru dalam menata kebersamaan kehidupan sebagai
sebuah bangsa.
Kalau anda menaruh tanaman di dalam
rumah di dekat jendela, anda perhatikan tanaman itu akan cenderung mengarah ke
cendela, cenderung mencari sumber cahaya. Burung-burung di kutub dan di tempat
lain pada musim tertentu, berhijrah dari tempat yang pada musim tertentu kurang
mengandung makanan dan kesehatan baginya. Mereka melintasi benua-benua, mereka
mencari tempat yang lebih menyehatkan dan mensejahterekan mereka. Tanaman dan
burung saja mengerti bagaimana berhijrah dari kegelapan menuju cahaya.
Reformasi semestinya hijarah dari
kegelapan menuju cahaya. Berhijrah dari hati yang beku kepada hati yang lembut
dan lunak kepada saudara-saudaranya. Berhijrah dari fikiran yang tidak adil
menuju fikiran yang boyektif yang menyelamatkan semua orang. Berhijrah dari
kedengkian menuju kasih sayang. Berhijrah dari kebencian menuju cinta.
Berhijrah dari egoisme menuju kebersamaan. Berhijrah dari ketidaktertataan
menuju tatanan-tatanan, shof-shof yang baik sebagai masyarakat, oraganisasi dan
manajemen yang baik sebagai sebuah bangsa. Berhijrah dari kegelapan menuju
cahaya.
Itulah yang harus kita lakukan
bersama-sama dan sendiri-sendiri berangkat dari ketulusan hati kita sendiri dan
dari keadilan fikiran kita masing-masing.
Gerhana rembulan hampir total.
Malam gelap gulita.
Matahari berada pada satu garis dengan bumi dan rembulan.
Cahaya
matahari yang memancar ke rembulan tidak sampai ke permukaan rembulan
karena ditutupi oleh bumi sehingga rembulan tidak bisa memantulkan
cahaya matahari ke permukaan bumi.
Matahari adalah lambang Tuhan, cahaya matahari adalah rahmat nilai kepada bumi yang semestinya dipantulkan rembulan.
Remblan
adalah para kekasih Allah, para Rasul, para Nabi, para Ulama, para
Cerdik Cendekia, para Pujangga dan siapapun saja yang memantulkan cahaya
matahari atau nilai-nilai Allah untuk mendayagunakannya di bumi.
Karena bumi menutupi cahaya matahari, maka malam gelap gulita.
Dan didalam kegelapan segala yang buruk terjadi.
Orang
tidak bisa menatap wajah orang lainnya secara jelas, orang menyangka
kepala adalah kaki, orang menyangka utara adalah selatan.
Orang bertabrakan satu sama lain.
Orang tidak sengaja menjegal satu sama lain atau bahkan sengaja saling menjegal satu sama lain.
Di dalam kegelapan orang tidak punya pedoman yang jelas untuk melangkah, akan kemana melangkah dan bagaimana melangkah.
Ilir-ilir,
kita memang sudah 'ngelilir' kita sudah bangun sudah bangkit bahkan
kaki kita sudah berlari kesana-kemari namun akal fikiran kita belum,
hati nurani kita belum.
Kita masih merupakan anak-anak dari orde yang kita kutuk di mulut namun
ajaran-ajarannya kita biarkan hidup subur didalam aliran darah dan jiwa
kita.
Kita mengutuk perampok dengan cara mengincarnya untuk kita rampok balik.
Kita mencerca maling dengan penuh kedengkian kenapa bukan kita yang maling.
Kita mencaci penguasa lalim dengan berjuang keras untuk bisa menggantikannya.
Kita membenci para pembuat dosa besar dengan cara setan yakni melarangnya untuk insyaf dan bertaubat.
Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran dengan cara menggusur.
Kita menolak pemusnahan dengan merancang pemusnahan-pemusnahan.
Kita menghujat para penindas dengan riang gembira sebagaimana iblis yakni kita halangi usahanya untuk memperbaiki diri.
Siapakah selain Setan, Iblis dan Dajjal yang menolak khusnul khotimah
manusia, yang memblokade pintu surga, yang menyorong mereka mendekat ke
pintu neraka?
Sesudah ditindas kita menyiapkan diri untuk menindas.
Sesudah diperbudak kita siaga untuk ganti memperbudak.
Sesudah dihancurkan kita susun barisan untuk menghancurkan.
Yang kita bangkitkan bukan pembaharuan kebersamaan melainkan asiknya perpecahan.
Yang kita bangun bukan nikmatnya kemesraan tapi menggelegaknya kecurigaan.
Yang kita rintis bukan cinta dan ketulusan melainkan prasangka dan fitnah.
Yang kita perbarui bukan penyembuhan luka melainkan rencana-rencana panjang untuk menyelenggarakan perang saudara.
Yang kita kembangsuburkan adalah kebiasaan memakan bangkai saudara-saudara kita sendiri.
Kita tidak memperluas cakrawala dengan menabur cinta melainkan
mempersempit dunia kita sendiri dengan lubang-lubang kebencian dan iri
hati.
Pilihanku dan pilihanmu adalah apakah kita akan menjadi bumi yang
mempergelap cahaya matahari sehinģga bumi kita sendiri tidak akan
mendapatkan cahayanya, atau kita berfungsi menjadi rembulan, kita
sorong diri kita bergeser ke alam yang lebih tepat agar kita bisa
dapatkan sinar matahari dan kita pantulkan nilai-nilai Tuhan itu kembali
ke bumi.